Kamis, 10 Januari 2013

Talk about EGO on relationship

Kali ini saya mau berceloteh tentang hubungan Saya dan calon suami,  knp saya sebut calon suami? ya karena kami sebentar lagi akan menikah.  #SoWhat. Hehehhe
Saya dan dia sudah berpacaran lebih dari 3 tahun.  Jujur saya tidak tahu tepatnya kapan jadian karena tidak pernah ada kata jadian.  Yang saya ingat,  saya bersama dia sebelum saya resmi putus dengan pacar sebelumnya #curcol
Sebentar  lagi kami akan menikah dan dimulailah yang namanya sindrom prawedding dimana hanya karena urusan sepele bisa menjadikan kami bertengkar.
Saperti kejadian beberapa waktu lalu hanya karena ukuran pakaian pernikahan saja bs menimbulkan pertengkaran dan memunculkan kata-kata ingin membatalkan pernikahan. Kami saling mendiamkan selama 3 hari hingga akhirnya kami berbaikan.
Geli memang bila mengingat ketika kami bertengkar karena urusan sepele tapi dibalik itu semua,  bila kami tidak bertengkar,  kita berdua tidak akan belajar untuk saling memahami satu sama lain.
Saat ini saya sedang merasakan betapa ego itu sangat berbahaya dalam suatu hubungan.  Walaupun mungkin ketika beberapa pasangan bertengkar lalu berbaikan lagi atas nama cinta ( atau krn blm ada pilihan lain.  Hehehe) namun ketika ego itu masih disimpen,  dapat menjadi suatu kegalauan dan kegelisahan serta pikiran2 negatif yang bisa memunculkan edisi sambungan dari pertengkaran sebelumnya.
Saya dan calon suami saya saat ini sedang ldr dan jujur,  yg namanya komunikasi diantara kami itu sangat jarang.  Dulunya hal ini bisa bikin saya kesal tapi lama kelamaan saya memahami kalau dia type orang yang tidak romantis dan kalau saya memaksa dia untuk menjadi romantis itu sama saja saya egois. Kalau saya terlalu pikirkan yang ada muncul pikiran perbandingan,  yaitu membandingkan dia dengan pria2 yang pernah deket dengan saya yang terkadang memunculkan pikiran "ah,  sepertinya saya salah pilih pasangan". Padahal kelemahan itu hanya sekian persen dari keseluruhan curahan cinta dia.  Toh ketika saya diam pun dia menyadari kalau saya sedang ingin gantian diperhatikan.
Itu sebabnya (walaupun saya belum tahu akhir kisah cinta saya) saya mengajak teman-teman yang sedang menjalin hubungan untuk benar-benar mengevaluasi percintaan tersebut. Ketika kita memiliki hubungan spesial dengan seseorang,  bukan berarti dia harus 100 persen menjadi yang kita mau. Kalau boleh sadis,  kl anda tidak puas dengan perlakuan dia dengan selalu protes lebih baik cari saja lagi yg bs seperti yang anda inginkan (walaupun dijamin takkan pernah ada yg bs seratus persen seperti yg anda mau).  Kalau lagi tengkar,  upayakan untuk diem.  Kali ini saya akui diam itu emas,  dengan diam terkadang dapat membukakan petunjuk salah orang atau tidak kah anda.  Dalam artian,  setelah diam,  adakah upaya dari masing-masing untuk saling mengerti dan menyadari kesalahan masing2. Kalau keseringan bertengkar krn hal yg sama itu saya simpulkan lebih baik berpisah saja.  Haahhaaaaa. Atau kalau tidak mau berpisah atau blm bisa berpisah ya kurangi komunikasi sambil terus berdoa keadaan akan membaik ( dengan syarat hal ini tidak mengurangi kebahagiaan diri sendiri.)
hehehehe.  Sekali lagi,  walaupun saya belum tahu akhir kisah saya,  disini saya bermaksud membagi pengalaman saja sekaligus untuk pembelajaran diri saya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar